Wednesday, August 28, 2013

Dua Usaha Yang Tidak Bisa Bersanding




Dua Usaha Yang Tidak Bisa Bersanding


Saudaraku kaum muslimin ! Sesungguhnya aturan dalam syari'at Islam yang mulia ini telah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan memberi solusi terbaik untuk individu maupun masyarakat. Syari'at juga mengatur bagaimana seharusnya manusia berinteraksi dengan Allâh, berintraksi dengan sesama. Semua aturan dan solusi yang dibawakan dalam syari'at ini tidak keluar dari batas kehalalan atau perkara mubah yang disyari'atkan, yang sentiasa menjaga hak-hak, memelihara kemaslahatan serta menyingkirkan bahaya dan kerusakan.

Sebagaimana Islâm mensyari'atkan aqidah yang benar dan ibadah mulia yang bisa menghubungkan seorang hamba dengan Rabbnya, jika dipraktekkan sesuai dengan petunjuk al-Qur’ân dan Sunnah; Islam juga telah menggariskan suatu manhaj yang lurus yang mengatur muamalah (intraksi) antara manusia. Sebuah manhaj yang diatur dengan kaidah-kaidah syar’i dan adab-adab yang harus dijadikan pedoman dalam bermu'amalah. Dengan demikian, tidak ada kekacauan, tidak ada tindakan zhalim, permusuhan, melampaui batas, merampas, menipu, mangkir dari hutang, berbuat curang dan berbagai tindakan buruk lainnya. Yang ada hanya keadilan, saling menghormati, jujur, transparan dan penjagaan terhadap hak-hak orang lain.

Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam surat an-Nisâ/4:29-30

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا﴿٢٩﴾وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil kecuali lewat perdagangan yang dilandasi rasa suka sama suka diantara kalian, dan janganlah kalian membunuh diri akalian. Seseunggunya Allâh Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa yang berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan dzalim akan Kami masukkan dia ke neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allâh.

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan janganlah kalian makan harta diantara kalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kalian dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan cara dosa padahal kamu mengetahui. [al-Baqarah/2:188]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam khutbah di Arafah :

إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَ أَمْوَلَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا (رواه مسلم)

Sesungguhnya darah kalian haram atas kalian seperti haramnya hari ini, di bulan ini dan di negeri ini [HR. Muslim dan yang lain-lain]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إلاَّ طَيِّبًا وإنَّ اللهَ تَعَالىَ أمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ, فَقَالَ : ﴿ يَأيُّهَا الرُسُلُ كُلُوا مِنَ الطَيِّبَاتِ وَ اعْمَلُوا صَلِحًا إنِّى بِمَا تَعْملُوْنَ عَلِيْمٌ ﴾ وَقَالَ :﴿يَأَيُّهَا الذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَ رَزَقْنَاكُمْ﴾ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَفَرَ, أشْعَثَ أغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلىَ السَمَاءِ يَا رَبِّ ! يَا رَبِّ ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَ غُذِيَ بِالحَرَامِ فَأنَّى يُسْتَجَابُ لِذَالِك

Sesungguhnya Allâh itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allâh memerintahkan kaum mukminin sebagaimana Allâh memerintahkan para rasul-Nya. Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya),“Wahai para Rasul ! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kaalian kerjakan”(al Mukminûn/23:51). Dan firman Allâh(yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman ! Makanlah dari rejeki yang baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allâh, jika kamu hanya beribadah kepada-Nya”. (al-Baqarah/2:172). Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisahkan tentang seorang yang sedang melakukan perjalan jauh, rambutnya kusut dan kakinya berdebu, ia menadahkan tangannya ke langit, dia berdo’a : "Ya Rabb… Ya Rabb.., Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia tumbuh dengan sesuatu yang haram, maka bagaimana mungkin do’anya akan dikabulkan ?! [HR. Muslim, no.1015]

Sudah merupakan kewajiban bagi seorang muslim ketika bermuamalah (seperti dalam jual beli, utang-piutang, gadai dan perniagaan) untuk berlaku sesuai dengan syari'at Allâh Azza wa Jalla . Karena semuanya telah diatur dalam syari'at kita. Betapa banyak orang yang tersesat karena membatasi pemahaman dien ini hanya dalam ibadah saja. Mereka memisahkan agama ini dengan kehidupan nyata dan dengan aturan-aturan dalam bermu'amalah. Sehingga mereka memberlakukan harta titipan Allâh Azza wa Jalla semaunya. Mereka tidak peduli, apakah harta mereka dari usaha halal atau haram ? Mereka berusaha tidak menjauhkan diri dari muamalah atau cara-cara yang haram dalam memperoleh harta. Cinta dunia telah menguasai jiwa mereka. Mereka terfitnah dengan harta. Mereka tinggalkan agamanya demi meraih dunia yang sangat sedikit. Na'udzubillah. Mereka lupakan kewajiban mempertanggungjawabkan amalan dihadapan Allâh Azza wa Jalla . Mereka tidak takut resiko buruk kelakukan mereka. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ

.. Dan orang-orang yang zhalim akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali. [Asy Syu’arâ/26:227]

Sesungguhnya baik dan buruknya usaha yang dilakukan oleh seseorang akan menimbulkan pengaruh yang sepadan pada diri pelaku sendiri, jika baik maka baik pengaruhnya begitu pula sebaliknya. Dalam sebuah riwayat disebutkan :

كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

Setiap daging yang tumbuh dari yang tidak halal, maka neraka yang lebih utama baginya. [HR. Ahmad 3/321, Tirmidzi, no. 614, Ibnu Hibbân, no. 1723, dan Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabîr, 19/136 dari Jâbir bin Abdullâh dan Ka’ab bin ‘Ujrâh Radhiyallahu anhuma]

Imam Ahmad rahimahullah juga Baihaqi rahimahulla dalam Syu’abul Iman membawakan riwayat dengan sanad hasan dari Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَلاَيَكْسِبُ عَبْدٌ مَالاً مِنْ حَرامٍ فَيُنفِقُ مِنْهُ فَيُبَارَكَ لَهُ فِيْهِ وَلاَ يَتَصَدَّقَ بِهِ فَيُقْبَلَ مِنْهُ وَلاَيَتْرُكُهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ إلاَّ كاَنَ زَادَهُ إلى النّارِ إنَّ اللّهَ لاَ يَمْحُوْ السَّيْءَ بِالسَّيْءِ وَلكِنْ يَمْحُوْ السَّيْءَ بِالْحَسَنِ إنَّ الْخَبِيْثَ لاَ يَمْحُوْ الْخَبِيْثَ

Tidak ada orang yang memperoleh harta dengan cara haram lalu diinfakkan kemudian diberkahi, atau disedekahkan lalu diterima sedekahnya, tidak juga ditinggal mati melainkan hanya akan lebih mendekatkan dirinya ke neraka. Sesungguhnya Allâh tidak menghapus keburukan dengan keburukan, akan tetapi Allâh menghapus keburukan dengan kebaikan. Sesungguhnya kejelekan tidak bias menghapus kejelekan [Musnad 1/387 dan Syu’abul Iman 5524].

Dengan ini kita tahu bahwasa bisnis dan muamalah yang haram merupakan penyebab keburukan, kekacuan dan fitnah di dunia serta adzab di akhirat kelak. Layakkah seorang muslim yang mendengar ancaman ini dan mengetahui bahayanya kemudian ia tidak peduli dengan usahanya ? Jika ya, maka disamping menunjukkan agama orang itu kurang juga merupakan cacat dan ketidakmampuannya untuk merenung.

Imam Bukhâri rahimahullah dalam shahihnya meriwatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasûlullâh bersabda :

يَأتِي عَلَى النَاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي المَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أمِنَ الْحَلاَلِ أمْ مِنَ الحَرَامِ

Akan datang satu zaman kepada manusia. Saat itu orang sudah tidak peduli lagi dari mana mereka mengambil hartanya? Apakah dari hasil yang halal atau yang haram ? [HR. Bukhâri, no. 2059]

Perhatikanlah sekitar kita ! Bisnis haram dan usaha kotor begitu banyak dan mudah didapatkan bahkan mendominasi. Sehingga banyak kaum muslimin terjebak. Mereka berusaha meraih harta dengan cara menipu atau mengkhianati tugas yang dibebankan dipundaknya. Misalnya, seorang pegawai yang tidak sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya atau bahkan mangkir dari tugasnya. Pegawai seperti ini berarti telah mengkhianati amanah yang dibebankan kepada dirinya. Pada saat yang sama berarti dia membiarkan dirinya terancam mengkonsumsi suatu yang haram yaitu gaji dari tugas yang tidak dia kerjakan. Bahkan terkadang dengan tanpa malu dia menerima uang sogok. Sekali lagi ini merupakan penipuan terhadap kaum Muslimin dan pengkhianatan terhadap pemimpin.

Contoh lainnya, seorang pedagang yang berbisnis dengan cara riba, utang-piutang yang diharamkan, menyembunyikan cacat barang saat berjualan, mengurangi takaran atau timbangan, atau berbisnis barang haram, seperti alat-alat musik, narkoba, khamer dan lain sebagainya.

Demikian juga orang yang menzhalimi para pekerja atau pembantunya, dengan menunda-nunda pembayaran gaji, apalagi kemudian tidak memberikan mereka gaji sama sekali.

Termasuk juga orang-orang yang berkecimpung dalam perjudian, lotre dan asuransi yang bathil. Juga orang-orang yang menumpuk harta dengan cara merampas, menipu atau berbohong, baik membohongi individu atau instansi resmi pemerintah.

Semua yang disebutkan adalah secuil dari sekian banyak contoh perilaku haram disekitar kita yang tidak mampu disebutkan oleh lisan karena malu kepada Allâh Azza wa Jalla . Namun amanah lidah yang dibebankan oleh Allâh Azza wa Jalla kepada kita menuntut kita memberikan peringatan kepada seluruh kaum Muslimin agar menjauhi berbagai praktek haram ini.

Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa membimbing langkah-langkah kita sehingga kita tidak terjerumus dalam kubangan praktek dan bisnis haram.

Praktek haram ini tidak hanya terjadi dalam bidang bisnis, bahkan –na'udzubillah- terjadi juga di lembaga yang mestinya menjadi penegak hukum. Ya, itulah lembaga peradilan. Akhir-akhir ini sering kita dengar atau baca tentang kisruh yang melanda lembaga-lembaga itu, akibat ulah-ulah para pengkhianat amanat dalam merekaya kasus demi memenangkan pihak-pihak tersalah namun berkantong tebal. Hasrat mereka untuk menegakkan hukum takluk dan bertekuk lutut pada kerakusan jiwa terhadap materi. Mereka tertipu dengan kilauan harta yang digambarkan setan. Nas'alullah 'afiyah. Semoga Allah melindungi kita dari segala tindakan yang bisa merugikan kaum Muslimin atau merampas hak-hak mereka.

Hendaknya kita senantiasa menanamkan ketaqwaan dalam diri kita didalam melakukan segala tindakan.

Wahai kaum Muslimin yang menjadi pedagang ! Hendaklah kalian berlaku jujur kepada Allâh Azza wa Jalla dan juga kepada manusia. Jauhilah segala tindak kedzaliman dan penipuan kepada manusia. Alangkah beruntung dan berbahagianya orang memliki usaha baik dan halal ! Dan alangkah celaka orang-orang yang badannya tumbuh dari suatu yang haram. Hendaklah mereka segera bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla . Semoga Allâh Azza wa Jalla berkenan menerima taubat kita semua.

Kalau kita ingin selamat dari murka Allâh Azza wa Jalla , maka hendaknya kita berusaha melepaskan dan membebaskan diri kita dari segala hak-hak orang lain yang pernah kita zhalimi sebelum ajal datang menjemput. Jika ajal sudah menjemput sementara hak-hak itu belum sempat kita serahkan, maka hanya penyesalan akan mendera kita. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَاَنَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لأخِيْهِ, مِنْ مَالٍ أوْ عِرْضٍ فَليَأتِِهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْ قَبْلِ أنْ يُؤْخَذَ مِنْهُ, وَ لَيْسَ ثَمَّ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ فَإنْ كَانَتْ لَهُ حَسَنَاتٌ أخِذَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لِصَاحِبِهِ وَ إلاّ أخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ

Barangsiapa yang pernah berbuat kedzaliman kepada saudaranya pada harta atau kehormatannya, maka hendaklah ia bergegas mendatanginya lalu meminta dihalalkan sebelum nyawanya dicabut. Ketika itu dinar dan dirham sudah tidak ada lagi. Apabila ia memiliki kebaikan maka kebaikan itu akan diambil dan diserahkan kepada orang yang ia dzalimi. Jika tidak memiliki kebaikan, maka keburukan orang yang ia dzalimi akan diambil kemudian dibebankan kepadanya (pelaku kezhaliman). [HR. Bukhâri, no. 2449, 6534 dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu])

Kita berdo'a kepada Allâh, semoga Allâh menganurahkan rizki yang halal kepada kita semua. Ya Allah, cukupkanlah kami dengan rizki yang halal dari-Mu dan jadikanlah kami tidak butuh pada yang haram.

Wahai kaum Muslimin, hendaknya kita senantiasa bertaqwa kepada Allâh dan selalu berpegang teguh dengan syari'at-Nya yang full dengan kebaikan. Hendaknya kita memperhatikan halal dan haram. Jika kita mendapatkan kesulitan, maka hendaknya kita bertanya kepada para Ulama. Hendaknya kita menjauhi perkara-perkara yang syubhat (yang belum jelas hukumnya) apalagi yang haram.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إنَّ الحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَيَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِعهِ وَمَنْ وقَعَ فِي الشُّبْهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ

Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas dan perkara yang haram itu jelas dan diantara keduanya ada perkara syubhat yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barangsiapa yang menjauhkan dirinya dari perkara syubhat, sungguh ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjerumus kedalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus dalam perkara yang haram.[HR.Bukhâri, no. 52; Muslim, no. 1599 dari Nu’mân bin Basyîr Radhiyallahu anhu]

Hendaklah kita mnghiasi diri kita dengan sifat jujur dan amanah dalam setiap perbuatan dengan landasan ikhlas kepada Allâh, agar apa yang kita dapatkan menjadi halal. Karena harta halal akan mendatangkan barakah bagi kita, keluarga dan masyarakat. Ingatlah, pada tiap rupiah yang kita hasilkan itu akan ada pertanyaan yang mesti kita jawab, darimana kita memprolehnya dan dibelanjakan untuk apa ? Marilah kita berlaku jujur dalam segala aktifitas. Semoga Allah k menggolongkan kita kedalam para hamba-Nya yang berbahagia dan beruntung di dunia dan akhirat.

(Diangkat oleh ustadz Raditya dari Kaukabah, al-Khutabul Muniifah, hlm.317)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]


MEWASPADAI FITNAH (UJIAN) DI ZAMAN MODERN

Oleh
Syaikh Shâlih Fauzân bin Abdillâh Al Fauzân


Sudah menjadi fithrah manusia, jika mengalami atau tertimpa suatu musibah, maka dia akan berusaha menyelamatkan diri dengan segala cara yang mungkin dilakukannya. Namun, ada juga sebagian orang yang pasrah, berputus asa dan tidak mau mencari jalan keluar, akhirnya kebinasaan menjadi pungkasannya. Ada juga yang tidak menyadari dirinya sedang dalam musibah, sehingga tidak tergerak untuk mencari solusi, akhirnya penyesalan pun tak terelakkan.

Pada saat ini, banyak sekali bahaya yang mengintai kita sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits tentang fitnah akhir zaman. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul yang penuh kasih sayang kepada umatnya, tidak hanya memberitahukan tentang fitnah ini saja, tapi juga memberitahukan solusinya. Al-Qur'ân dan sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan solusi yang tidak bisa ditawar-tawar. Kalau tidak, kesengsaraan mesti akan menimpa. Allâh Azza wa Jalla befirman :

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى ﴿١٢٣﴾ٰ وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا ﴿١٢٥﴾ قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ

Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia, "Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat ?" Allâh berfirman, "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". [Thaha/20:123-126]

Kini, fitnah-fitnah itu sudah banyak sekali disekitar kita, siap menerkam siapa saja yang lalai. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa waspada dan menjaga diri.

Diantara ujian-ujian itu adalah ujian harta. Diriwayatkan dari Ka'ab bin 'Iyadh Radhiyallahu anhu, dia mengatakan, "Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَإِنَّ فِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ

Sesungguhnya masing-masing umat itu ada fitnahnya dan fitnah bagi umatku adalah harta [HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibni Hibbân dalam shahihnya]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

Demi Allâh ! Bukan kefakiran yang saya khawatirkan atas kalian, namun yang saya khawatirkan adalah kalian diberi kemakmuran dunia sebagaimana pernah diberikan kepada umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka. Sehingga akhirnya dunia menyebabkan kalian binasa sebagaimana mereka. [HR. Bukhâri dan Muslim]

Harta itu ujian dari semua sisi. Dimulai saat mengumpulkan dan mengembangkannya, kesibukan ini sering melalaikan seseorang dari beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla . Juga kegemaran menumpuk harta yang tidak pernah bisa mencapai titik klimaks, diperparah lagi dengan prilaku menghalalkan segala cara demi memenuhi ambisinya. Harta juga menjadi fitnah atau musibah bagi yang empunya saat harta dibelanjakan di jalan yang tidak dibenarkan syari'at atau enggan mengeluarkan zakat yang menjadi kewajibannya. Akibatnya, berbagai keburukan pun bermunculan akibat harta.

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

Sungguh akan datang suatu masa, saat itu manusia tidak lagi peduli dengan cara apa dia menghasilkan harta, apakah dari sesuatu yang halal ataukah haram ! [HR. Bukhâri]

Diantara ujian yang juga ada pada saat ini yaitu keburukan yang datang melalui media elektronik dan media cetak. Karya tulisan menyesatkan, foto dan gambar wanita dengan dandanan seronok, nyanyian pembangkit nafsu syahwat, pentas yang sering membuat suatu keburukan menjadi tidak jelas bahkan membalikkan fakta, yang buruk dianggap bagus dan indah, semuanya ada di media. Terkadang suatu yang tidak pantas ikut serta ditayangkan, seperti cara mencuri atau aksi kriminal lainnya. Semua keburukan ini ditayangkan di berbagai channel tv, baik dalam maupun luar negeri dan dengan mudah bisa diakses lewat internet. Sehingga betapa sedih hati dan tercabiknya hati kita ketika mendengar berbagai perbuatan kriminal yang dilakukan oleh para pelajar yang bahkan diantara mereka sangat muda belia dan seakan tidak bisa dipercaya kalau dia melakukan kriminalitas yang seharusnya hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa.

Sebagian orang, na'udzu billah, merasa tidak cukup dengan berbagai keburukan di atas, dia menambahkannya dengan membeli atau menyewa kaset CD film porno yang sangat tidak layak lalu diputar di tengah keluarganya. Tidakkah dia tahu keburukan di sekitarnya sudah begitu banyak meski dia tidak menghendaki keburukan itu datang ke rumahnya ? Ataukah dia merasa keburukan itu belum lengkap ? na'udzu billah. Dimanakah rasa cemburu itu dicampakkan ? Tidakkah para penyebar keburukan ini takut ketika mereka dimintai pertanggungjawaban atas beragam keburukan yang diakibatkan keburukannya ? Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada kita semua untuk tetap istiqamah di atas jalan yang telah tetapkan syari'at.

Saat ini, betapa banyak rumah kaum Muslimin yang seharusnya bersinar dengan dzikrullah justru hampa darinya. Rumah-rumah itu menjadi tempat yang di senangi setan dan di jauhi para Malaikat pembawa rahmat. Bahkan ada yang lancang mengundang para pemuda untuk serta begadang, pentas atau menghidupkan budaya yang bertentangan dengan nilai agama.

Ini merupakan fitnah besar yang menimbulkan kekhawatiran yang harus kita waspadai. Kita wajib menjaga anak-anak kita agar tidak terjebak dalam perangkap setan. Hendaklah kita senantiasa memohon pertolongan kepada Allâh agar kita diberik kekuatan dan kesabaran.

Diantara ujian yang juga sangat mengkhawatirkan pada zaman ini yaitu fitnah yang ditimbulkan kaum wanita. Dalam hadits yang diriwayatkan Usâmah bin Zaid Radhiyallahu anhu Radhiyallahu anhuma, beliau Radhiyallahu anhu mengatakan, "Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِِِِِِِِِِّسَاء
ِ
Saya tidak meninggalkan satu fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki selain (ujian) wanita [HR. Bukhâri dan Muslim]

Ujian yang diakibatkan prilaku kaum wanita pada masa ini semakin parah, karena prilaku sebagian wanita yang tidak merasa malu sema sekali. Dengan dalih mengikuti perkembangan zaman, mereka mengenakan pakaian tipis nan ketat, sehingga bentuk anggota tubuh mereka nampak dengan jelas.

Ada juga yang berdalih untuk menambah penghasilan, semua dilakukan tanpa memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan syari'at. Akibatnya, bukan kebaikan yang timbul namun sebaliknya. Berbagai media massa, sekan tidak pernah sepi dari perbuatan kriminal akibat dari ujian ini. Tidakkah kita mau mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa menyedihkan ini ? Akankah kita membiarkan diri kita, saudara atau keluarga kita terjebak dalam ujian ini ?

Diantara ujian yang juga harus diwaspadai adalah ujian yang merupakan efek negatif dari era informasi. Arus informasi yang lancar dan cepat menjadikan batas antar Negara seakan tidak ada. Suara dan gambar bisa ditransfer dalam hitungan detik. Banyak faidah yang bisa kita ambil darinya. Namun kita tidak boleh lengah, karena setan dan musuh-musuh Allah tidak pernah tinggal diam. Mereka akan memanfaatkan semua fasilitas modern ini untuk menyebarkan keyakinan rusak dan kebiasaan buruk mereka serta untuk menjaring mangsa. Semoga Allah Azza wa jalla menjaga kita dan keluarga kita dari segala keburukan yang disebarkan oleh setan dan musuh-musuh Allah Azza wa Jalla itu.

Namun ujian yang paling besar dan paling berbahaya bagi kaum Muslimin yang selalu kita waspadai yaitu ujian dajjal yang akan datang menjelang hari kiamat. Maka hendaklah kita senantiasa waspada dan menjaga diri serta keluarga kita. Hendaklah kita memperbanyak do'a kepada Allâh Azza wa Jalla agar senantiasa menjaga kita dari keburukan berbagai fitnah ini.

الم ﴿١﴾ أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allâh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta. [al-Ankabut/29:1-3]

(Diangkat dari Al-Khuthab Al-Minbariyah, Shâlih Fauzân bin ‘Abdullâh al-Fauzân, 2/415)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]


SIFAT-SIFAT ORANG-ORANG KAFIR

Oleh
Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qâsim



Allâh Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk dengan qudrah-Nya, kemudian dengan anugerah-Nya, Allah Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan dengan keadilan-Nya, Allah Azza wa Jalla menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Semua ini tertulis pada lauhul mahfûdz. Allâh berfirman :

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. dan Allâh Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” [at-Taghâbun/64 : 2]

Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan jalan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan serta orang-orang yang celaka. Allah Azza wa Jalla memuji para hamba yang bertakwa dan mencela orang-orang kafir. Allah Azza wa Jalla juga mengingatkan para hamba-Nya agar tidak latah meniru sifat-sifat orang kafir. Dalam al-Qur’ân banyak penjelasan tentang perbuatan dan keyakinan rusak orang-orang kafir serta perangai dan sifat-sifat mereka yang buruk. Diantaranya, mengingkari hari kebangkitan dan menganggapnya mustahil, tidak beriman kepada takdir, mengeluh dan berkeluh kesah ketika tertimpa musibah, tidak punya harapan kepada Allah Azza wa Jalla , dusta, sombong, berpaling dari ayat-ayat-Nya, hati mereka penuh hasad (rasa iri) terhadap kaum Mukminin yang telah mendapatkan nikmat iman dan mereka berharap nikmat iman itu sirna dari kaum Muslimin. Hasad inilah yang mendorong mereka berusaha menyesatkan orang beriman. Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً

Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).[an-Nisâ/4:89]

Tak henti-hentinya, orang-orang kafir membuat makar dan menipu kaum Muslimin, berusaha mencelakakan dan merampas kenikmatan dari kaum Muslimin. Mereka berpura-pura amanah, berprilaku dan berperangai terpuji supaya bisa mengambil manfaat dibalik semua ini. Namun, Allah Azza wa Jalla membongkar kedok mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang yang di luar kalanganmu menjadi teman kepercayaanmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” [Ali Imrân/3:118)]

Membungkus kedustaan dengan kejujuran, khianat dengan amanah, sering membela kebatilan dan menyembunyikan kebenaran. Meski tipu daya mereka terhadap kaum Muslimin sangat luar biasa, namun Allah Azza wa Jalla tidak akan tinggal diam. Allah Azza wa Jalla pasti akan menghancur leburkan tipu daya mereka serta akan merendahkan dan menghinakan mereka.

Allah melarang rasul-Nya mentaati orang-orang kafir. Allah Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ

Hai Nabi, bertakwalah kepada Allâh dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. [al-Ahzâb/33:1]

Karena ilmu mereka hanya sebatas dunia. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah mengatakan, "Seluruh amalan dan urusan orang kafir pasti ada cacatnya sehingga manfaatnya tidak pernah maksimal.” Orang-orang kafir tidak tahu menahu ilmu akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman :

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” [ar-Rûm/30:7]

Mereka hidup penuh kebingungan dan kebimbangan. Tujuan yang selalu mereka kejar dalam hidup hanya sebatas bersenang-senang, makan dan minum, tanpa peduli halal dan haram.

Orang-orang kafir itu selalu menghalangi perbuatan baik, tidak bisa berterima kasih dan mengkonsumsi barang haram. Allâh berfirman :

يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ

Mereka mengetahui nikmat Allâh, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. [an-Nahl/16:83]

Mereka hidup dalam kegelapan, kesesatan serta hanya memperturutkan hawa nafsu. Anggota tubuh yang mestinya merupakan sarana menggapai hidayah sudah tidak berfungsi lagi. Hati mereka mati, telinga mereka tuli dan mata mereka buta, tidak mau mendengar dan melihat kebenaran. Setan menggiring mereka untuk selalu bermaksiat dan mencari kesenangan-kesenangan nafsu sesaat. Sehingga apa yang mereka lakukan seperti debu yang berterbangan. Amal kebaikan mereka tidak berguna. Di dunia mereka letih dan di akherat mereka akan merintih tersiksa. Allâh tidak mencintai mereka bahkan Allah Azza wa Jalla mengkhabarkan bahwa Dia musuh orang-orang kafir. Jika Allah Azza wa Jalla benci terhadap seorang hamba, Dia memanggil malaikat Jibril Alaihissallam, “Wahai Jibril sesunggunya Aku benci kepada Fulan, maka bencilah dia ! Dan Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru seluruh penduduk langit bahwa Allah Azza wa Jalla membenci Fulan, maka bencilah dia ! Maka penghuni langit pun membencinya. Kemudian ditetapkan baginya kebencian di muka bumi.” [HR. Bukhâri dan Muslim]

Jiwa orang kafir menjerit pedih akibat dosa-dosa yang telah ia perbuat dan karena jauh dari Allah Azza wa Jalla , dadanya terasa sesak serta tidak pernah merasakan manisnya iman. Laknat dan murka menimpa mereka. Mereka adalah makhluk Allâh yang paling buruk. Allah Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. [al-Bayyinah/98 : 6]

Kematian seorang kafir akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman bagi penduduk dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ketika melihat rombongan membawa jenazah :

الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

Hamba yang beriman akan istirahat dari keletihan dan derita dunia menuju rahmat Allah sementara hamba yang fâjir (bergelimang maksiat, jika dia mati-red) maka manusia, negeri, pepohonan dan binatang melata akan terbebas dari keburukannya [HR. Bukhâri]

Pada hari kiamat, orang-orang kafir akan dibangkit untuk dihisab dengan wajah hitam pekat, berdebu serta bermuka masam. Kedua mata mereka terbelalak karena terperangah kaget dan takut; leher mereka terikat dengan rantai sebagai balasan yang setimpal.

Inilah ini sebagian dari sifat-sifat buruk orang-orang kafir beserta balasan yang akan mereka terima. Keburukan yang bertumpuk-tumpuk tanpa henti, maka hendaklah kita berhati-hati dan tetap menjaga diri kita agar tidak terjerumus kedalam kekufuran. Kepedihan akibat dari sifat-sifat buruk mereka, hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar tidak mudah membeo prilaku mereka yang terkadang menipu dan tidak mudah mengamini ucapan-ucapan dan janji-janji manis mereka. Ingatlah sabda nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

بَادِرُوْا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ, يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا, وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا, يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْل

Bersegeralah melakukan amal shaleh sebelum datangnya fitnah seperti malam gelap gulita; pada pagi hari seseorang beriman dan sore harinya menjadi kafir, atau sore hari dia mu’min kemudian pada pagi harinya menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan sedikit dari dunia [HR Ahmad]

Dan hendaklah kita senantiasa waspada agar tidak terjebak arus mengikuti orang-orang kafir. Marilah kita senantiasa mengikuti jalannya orang-orang yang bertakwa. Shalat yang menjadi batas antara keimanan dengan kekufuran, batas antara keimanan dan kemunafikan, hendaklah senantiasa dijaga dan dilaksanakan dengan cara berjama'ah di masjid-masjid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

Pembatas antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, berarti dia telah kafir

Setelah mengetahui berbagai sifat buruk dan belasan dari keburukan yang dilakukan orang-orang kafir, mestinya kita berusaha maksimal menghindari sikap membeo dan meniru-meniru mereka. Generasi shahabat, tabi'in dan tabi'in yang merupakan generasi awal umat ini sekaligus generasi terbaik, hendaklnya kita jadikan panutan. Karena keserupaan atau kesamaan fisik bisa menyebabkan kesamaan atau keserupaan bathin. Oleh karena itu hendaknya kita berusaha menyerupai dan meniru generasi awal umat ini. Semoga agama dan akhlaq kita sedikit demi sedikit bisa meniru akhlak dan agama mereka. Sebaliknya, janganlah kita latah meniru dan menyerupai penampilan orang-orang kafir. Karena penyerupaan bisa menyeret kita untuk berperilaku buruk sebagaimana mereka, minimalnya akan menimbulkan rasa suka dan loyal kepada mereka, padahal mestinya kita bara' dari mereka dan perilaku buruk mereka. Sebagai insan yang beriman, kita wajib berusaha menyelisihi perilaku dan keyakinan orang kafir. Janganlah kita menjadikan mereka sebagai wali ! Bencilah mereka karena keyakinan mereka yang bathil ! Dan hendaknya kita bangga beragama Islam dan bersemangat untuk mendakwahi mereka kepada Islam.

Marilah kita tetap berusaha mengikhlaskan seluruh ibadah hanya untuk Allâh semata ! Perbanyaklah memuji Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan petunjuk kepada kita.

Akhirnya, kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla , semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita agar tetap istiqamah dalam melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

(Diterjemahkan secara bebas oleh M. Syahid.Ridlo dari al-Khuthabul Minbariyyah, hlm. 62-67 karya Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qâsim (Imam dan khatib Masjid Nabawi).)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]


http://almanhaj.or.id/

No comments:

Post a Comment