Do‘a Para Malaikat Atas Orang Yang Pelit/Bakhil
Dengan Dihancurkan Hartanya, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ
فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ:
اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا. 'Tidak satu hari pun dimana seorang hamba
berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara
keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti [1] bagi orang yang berinfak.'
Sedangkan yang lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah [2]harta orang yang
kikir.'" [3]
Oleh
Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi
Di antara orang yang dido‘akan dengan kejelekan oleh
para Malaikat adalah orang-orang yang pelit untuk berinfak di jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala, telah berlalu dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut,
di antaranya adalah:
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan
dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ
يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُوْلُ
اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
'Tidak satu hari pun dimana seorang hamba berada
padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya
berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti [1] bagi orang yang berinfak.' Sedangkan
yang lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah [2]harta orang yang kikir.'"
[3]
Al-Malla ‘Ali al-Qari berkata di dalam syarah hadits
ini, "Yang dimaksud dengan 'kikir' di sini adalah pelit memberikan
kebaikan atau harta bagi yang lainnya." [4]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
"Adapun do'a dengan dihancurkan mempunyai makna bahwa harta itu sendiri yang
hancur atau pemilik harta tersebut, maksudnya adalah hilangnya kebaikan karena
sibuk dengan yang lainnya."[5]
Para Imam, yaitu Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan
al-Hakim meriwayatkan dari Abud Darda' Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَا طَلَعَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا
مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، يَا أَيُّهَا
النَّاسُ هَلُمُّوْا إِلَى رَبِّكُمْ فَإِنَّ مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ
وَأَلْهَى وَلاَ آبَتْ شَمْسٌ قَطٌّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ
يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا
خَلَفًا وَأَعْطِ مُمْسِكًا مَالاً تَلَفًا.
"Tidaklah matahari terbit kecuali diutus di dua
sisinya dua Malaikat yang berseru. Semua penduduk bumi mendengarkannya kecuali
jin dan manusia, mereka berdua berkata, 'Wahai manusia menghadaplah kalian
kepada Rabb kalian, karena yang sedikit dan cukup itu tentu lebih baik daripada
yang banyak tetapi dipakai untuk foya-foya, dan tidaklah matahari terbenam
kecuali diutus di antara dua sisinya dua Malaikat yang berseru, semua penduduk
bumi mendengarkannya kecuali jin dan manusia, mereka berdua berkata: ‘Ya Allah,
berikanlah ganti bagi orang yang berinfak dan hancurkanlah harta orang yang
pelit.’"[6]
Dua Imam, yaitu Ahmad dan Ibnu Hibban meriwayatkan
dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
إِنَّ مَلَكًا بِبَابٍ مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ يَقُوْلُ:
مَنْ يُقْرِضِ الْيَوْمَ يُجْزَى غَدًا، وَمَلَكًا بِبَابِ آخَرَ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ
أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَعَجِّّلْ لِمُمْسِكٍ تَلَفًا.
"Sesungguhnya seorang Malaikat yang ada di
sebuah pintu dari pintu-pintu langit, berkata: ‘Barangsiapa meminjamkan pada
hari ini, maka akan dibalas pada hari nanti.’ Dan seorang Malaikat lagi yang
berada pada pintu yang lain berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang
yang berinfak dan percepatlah kehancuran harta orang yang pelit.’"[7]
Semoga dengan kemuliaan Allah kepada kita semua, kita
masuk ke dalam golongan orang-orang yang berinfak yang dido‘akan dengan
pengganti oleh para Malaikat, dan tidak dimasukkan ke dalam golongan
orang-orang pelit yang dido‘akan dengan kehancuran oleh para Malaikat. Aamiin
ya Dzal Jalaali wal Ikraam.
[Disalin dari buku Man Tushalli ‘alaihimul
Malaa-ikah wa Man Tal‘anu-hum.” Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur
Ilahi, Penerbit Idarah Turjuman al-Islami-Pakistan, Cetakan Pertama, 1420 H -
2000 M, Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang yang Dilaknat Malaikat,
Penerjemah Beni Sarbeni]
Do‘a Jibril Alaihissallam Kepada Tiga Golongan
Manusia Agar Mereka Semua Dijauhkan Dari Rahmat Allah
Oleh
Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi
Ada tiga kelompok orang yang dido‘akan dengan
kejelekan oleh Jibril dan diaminkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, mereka itu adalah:
1.Orang yang mendapati bulan Ramadhan tetapi dia
tidak diampuni (setelah keluar darinya-pen.).
2. Orang yang mendapati kedua orang tuanya masih
hidup atau salah satunya, tetapi ia masuk ke dalam Neraka.
3. Orang yang disebutkan di hadapannya nama Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi ia tidak bershalawat kepadanya.
Ada beberapa hadits yang menunjukkan hal tersebut,
di antaranya adalah:
Pertama: Al-Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Malik
bin al-Huwairits Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam naik ke atas mimbar, ketika beliau naik ke atas tangga,
beliau berkata ‘Aamiin,’ lalu beliau naik lagi ke atas tangga (tingkat kedua)
dan berkata, ‘Aamiin’ lalu beliau naik lagi ke atas tangga (tingkat ketiga) dan
berkata, ‘Aamiin’ lalu beliau berkata, ‘Jibril datang kepadaku dan berkata,
‘Wahai Muhammad, siapa saja yang mendapati bulan Ramadhan dan dia tidak
diampuni, maka Allah akan melaknatnya.’ Lalu aku (Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam) berkata: ‘Aamiin.’”
Jibril berkata lagi, ‘Dan siapa saja yang mendapati
kedua orang tuanya masih hidup atau salah satunya, lalu dia masuk ke dalam
Neraka, maka Allah akan menjauhkannya dari rahmat-Nya.’ Aku katakan, ‘Aamiin.’
Jibril berkata lagi, ‘Siapa saja yang ketika namamu
disebutkan, lalu ia tidak bershalawat kepadamu, maka Allah akan melaknatnya,
katakanlah aamiin, lalu aku katakan, ‘Aamiin.’ [1]
Kedua: Al-Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari Ka’ab
bin ‘Ujrah Radhiyallahu anhu : “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada suatu hari keluar menuju mimbar, ketika dia naik ke sebuah tangga,
beliau berkata, ‘Aamiin.’
Lalu beliau naik lagi dan berkata, ‘Aamiin.’
Lalu beliau naik lagi ke tangga yang ketiga dan
berkata, ‘Aamiin.’
Ketika beliau turun dari mimbar dan selesai
berkhutbah, kami berkata, ‘Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami
telah mendengar sebuah perkataan darimu pada hari ini.’
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Kalian
mendengarkannya?’
Mereka menjawab, ‘Benar.’
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
‘Sesungguhnya Jibril menampakkan dirinya ketika aku sedang menaiki tangga, lalu
ia berkata, ‘Rahmat Allah jauh bagi orang yang menemukan kedua orang tuanya di
waktu tua atau salah satunya, lalu ia tidak memasukkannya ke dalam Surga.’
Rasulullah berkata: ‘Lalu aku berkata, ‘Aamiin.’’
Jibril berkata, ‘Rahmat Allah jauh bagi orang yang
ketika namamu disebutkan tetapi ia tidak bershalawat kepadamu.’ Lalu aku
berkata, ‘Aamiin.’
Jibril berkata, ‘Rahmat Allah jauh bagi orang yang
menemukan Ramadhan tetapi ia tidak diam-puni.’ Lalu aku berkata, ‘Aamiin.’” [2]
Al-Imam ath-Thaibi menjelaskan sebab do‘a kepada
tiga golongan ini ketika beliau menjelaskan hadits yang lainnya [3]
sesungguhnya shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah
pengagungan kepadanya. Maka, barangsiapa yang memuliakan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, niscaya Allah akan memuliakannya, meninggikan derajatnya di
dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang tidak memuliakannya, maka Allah akan
menghinakannya.
Begitupula bulan Ramadhan yang merupakan bulan yang
dimuliakan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى
لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ
فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ
أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, dan barang-siapa sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” [Al-Baqarah: 185]
Maka, barangsiapa yang menemukan kesempatan untuk
memuliakannya dengan melakukan qi-yaamul lail (Tarawih) dengan keikhlasan,
tetapi dia tidak mengambil kesempatan itu, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
menghinakannya.
Memuliakan kedua orang tua berarti memuliakan Allah
Subhanahu wa Ta’ala, karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menghubungkan berbuat
baik kepada keduanya dengan bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam
firman-Nya:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا
تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkan-lah kepada mereka perkataan yang mulia.” [Al-Israa': 23]
Orang yang diberikan kesempatan untuk berbuat baik
kepada keduanya, terutama di waktu tua (lanjut usia), sesungguhnya mereka
berdua di rumahnya bagaikan daging di atas kayu potongan, dan tidak ada yang
meladeninya kecuali ia, jika anak itu tidak menggunakan kesempatan ini, maka
pantaslah jika dia dihinakan dan direndahkan kedudukannya. [4]
Semoga dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kita
tidak di-masukkan oleh-Nya ke dalam tiga golongan ini. Aamiin yaa Dzal Jalaali
wal Ikraam.
[Disalin dari buku Man Tushalli ‘alaihimul
Malaa-ikah wa Man Tal‘anu-hum.” Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur
Ilahi, Penerbit Idarah Turjuman al-Islami-Pakistan, Cetakan Pertama, 1420 H -
2000 M, Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang yang Dilaknat Malaikat,
Penerjemah Beni Sarbeni]
_______
Footnote
[1]. Al-Ihsan fii Taqriib Shahiih Ibni Hibban, kitab
al-Bir wal Ihsan, bab Haqqul Waalidain (II/140 no. 409), al-Hafizh al-Haitsami
berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Tha-brani, di dalamnya ada ‘Umran
bin Aban, yang ditsiqahkan oleh Ibnu Hibban, sedangkan yang lainnya
mendha’ifkan, sedangkan perawi yang lainnya tsiqah. Ibnu Hibban meriwayatkan
hadits ini di dalam Shahiihnya dari jalan tersebut (Majma’uz Zawaa-id wa
Manba-ul Fawaa-id X/166). Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata, “Ini adalah hadits
shahih dengan yang lainnya, sedangkan sanadnya lemah.” (Hamisy al-Ihsaan fii
Taqriib Shahiih Ibni Hibban II/140)
[2]. Majma’uz Zawaa-id wa Manba-ul Fawaa-id kitab
al-Ad’iyah bab Fii Man Dzukira j ‘indahu falam Yushalli ‘alaihi (X/166).
Al-Hafizh al-Haitsami berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan
perawinya tsiqah.”
[3]. Yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
al-Imam at-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ
عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانَ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ
أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ
فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ.
“Merugilah orang yang disebutkan namaku (nama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) di hadapannya, tetapi ia tidak mau
bershalawat kepadaku. Merugilah orang yang masuk Ramadhan, kemudian Ramadhan
itu berlalu sebelum dosa-dosanya diampuni. Dan merugilah seorang yang
mendapatkan kedua orang tuanya di waktu tua (lanjut usia), tetapi keduanya
tidak dapat menyebabkannya masuk Surga.”
‘Abdurrahman (salah satu perawi) berkata: “Dan aku
menyangka bahwa ia berkata, ‘Atau salah satunya.’” (Jaami’ at-Tirmidzi, bab
ad-Da’awaat (X/372 no. 3545). Al-Imam at-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan
gharib, dari riwayat ini.” Syaikh al-Albani berkata, “Hasan shahih.” (Shahiih
Sunan at-Tirmidzi III/177). Lihat pula catatan pinggir kitab Misykaatul
Mashaabiih karya Syaikh al-Albani (I/292).
[4]. Lihat Syarah ath-Thaibi (III/1044).
Do’a Para Malaikat Bagi Orang Yang Berinfak Agar
Mereka Mendapatkan Pengganti Apa Yang Diinfakkannya
Oleh
Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi
Di antara orang-orang yang mendapatkan do’a dari
para Malaikat adalah orang-orang yang selalu berinfak di jalan kebaikan, dan di
antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah:
1. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ
يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ
اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
‘Tidak satu hari pun di mana pada pagi harinya
seorang hamba ada padanya melainkan dua Malaikat turun kepadanya, salah satu di
antara keduanya berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti [1] bagi orang yang
berinfak.’ Dan yang lainnya berkata: ‘Ya Allah, hancurkanlah [2] (harta) orang
yang kikir.’” [3]
Di antara hal yang bisa kita fahami dari hadits di
atas bahwa ash-Shaadiqul Mashduuq, yaitu Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengabarkan bahwa sesungguhnya para Malaikat berdo’a agar Allah
Subhanahu wa Ta’ala menggantikan harta orang yang berinfak.
Al-‘Allamah al-‘Aini ketika menjelaskan hadits
tersebut berkata: “Makna khalaf adalah pengganti, sebagaimana dalam sebuah
ungkapan: ‘Akhlafallaahu khalfan’ maknanya adalah semoga Allah
menggantikannya.” [4]
Al-Mulla ‘Ali al-Qari ketika menjelaskan hadits ini
berkata: “Khalaf maknanya adalah pengganti yang sangat besar, sebuah pengganti
yang baik di dunia dan berupa balasan di akhirat, dalam hal ini Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah
akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya.” [Saba’: 39]
[5]
Al-‘Allamah al-‘Aini menjelaskan faidah-faidah yang
dapat diambil dari hadits tersebut dengan perkataan: “Dan di dalamnya ada do’a
Malaikat, sedangkan do’a Malaikat adalah sebuah do’a yang akan selalu
dikabulkan dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‘Barangsiapa yang ucapan aminnya itu tepat dengan ucapan amin para Malaikat,
maka diampuni dosanya yang telah lalu.” [6]
Dan yang dengan dimaksud dengan infak, sebagaimana
yang diungkapkan oleh para ulama, adalah infak dalam ketaatan, infak dalam
akhlak yang mulia, infak kepada keluarga, jamuan tamu, shadaqah dan lain-lain
yang tidak dicela dan tidak termasuk kategori pemborosan.[7]
2. Para Imam, yaitu Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim
meriwayatkan dari Abud Darda’ Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا طَلَعَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا
مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ، يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ: يَا أَيُّهَا
النَّاسُ هَلُمُّوْا إِلَى رَبِّكُمْ فَإِنَّ مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ
وَأَلْهَى. وَلاَ آبَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ
يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا
خَلَفًا وَأَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
‘Tidaklah matahari terbit melainkan diutus di dua
sisinya dua Malaikat yang berseru, semua penduduk bumi mendengarnya kecuali jin
dan manusia, mereka berdua berkata: ‘Wahai manusia menghadaplah kalian kepada
Rabb kalian, karena yang sedikit dan cukup itu tentu lebih baik daripada yang
banyak tetapi digunakan untuk foya-foya. Dan tidaklah matahari terbenam
melainkan diutus di antara dua sisinya dua Malaikat yang berseru, semua
penduduk bumi mendengarnya kecuali jin dan manusia, mereka berdua berkata: ‘Ya
Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak, dan hancurkanlah (harta)
orang yang kikir.’”[8]
3. Dua Imam, yaitu Ahmad dan Ibnu Hibban
meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ مَلَكًا بِبَابٍ مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ يَقُوْلُ:
مَنْ يُقْرِضِ الْيَوْمَ يُجْزَى غَدًا وَمَلَكًا بِبَابٍ آخَرَ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ
أَعْطِ لِمُنْفِقٍ خَلَفًا وَعَجِّلْ لِمُمْسِكٍ تَلَفًا.
“Sesungguhnya satu Malaikat yang ada di sebuah pintu
dari pintu-pintu langit berkata: ‘Barangsiapa meminjamkan pada satu hari ini,
maka akan dibalas pada esok hari, dan satu Malaikat lainnya yang ada di pintu
lain berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak dan segera
hancurkanlah (harta) orang yang kikir.’” [9]
Imam Ibnu Hibban memberikan bab bagi hadits ini
dengan judul: “Do’a Malaikat bagi Orang yang Berinfak dengan Pengganti dan Bagi
Orang yang Kikir agar Hartanya Dihancurkan." [10]
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita
orang-orang yang selalu berinfak, yang dido’akan dengan pengganti oleh para
Malaikat.
Aamiin, yaa Dzal Jalaali wal Ikraam.
[Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul
Malaa-ikatu wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi,
Penerbit Idarah Turjuman al-Islami-Pakistan, Cetakan Pertama, 1420 H - 2000 M,
Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do'aka Malaikat, Penerjemah
Beni Sarbeni]
Do’a Para Malaikat Bagi Orang Yang Mendo’akan
Saudaranya Dari Kejauhan
Oleh
Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi
Di antara orang-orang yang berbahagia dengan
shalawat para Malaikat adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya dari
kejauhan, begitupula orang yang mendo’akannya. Di antara dalil yang menunjukkan
hal tersebut adalah apa yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dari Shafwan, ia
adalah Ibnu ‘Abdillah bin Shafwan, dan umur ad-Darda' di bawahnya, beliau
berkata: “Aku pergi ke Syam dan mendatangi Abud Darda’ Radhiyallahu anhu di
rumahnya, tetapi beliau tidak ada di rumah, yang ada hanyalah Ummud Darda’ رَحِمَهَا
اللهُ تَعَالَى, ia berkata: ‘Apakah tahun ini engkau akan pergi haji?’ ‘Ya,’
jawabku. Dia berkata: ‘Do’akan kami dengan kebaikan, karena Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ
مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ،
قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ.
‘Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan
tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya [1] adalah do’a yang akan
dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali
dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut
berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’”
‘Abdullah berkata: “Lalu aku pergi ke pasar dan
bertemu dengan Abud Darda’ Radhiyallahu anhu, lalu beliau mengucapkan kata-kata
seperti itu yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[2]
Dari hadits yang mulia ini kita bisa mengetahui
bahwa ada dua golongan manusia yang mendapatkan do’a dari para Malaikat, mereka
itu adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya sesama muslim sedangkan dia
tidak mengetahuinya, karena Malaikat yang ditugaskan kepada orang yang sedang
menguapkan: “Aamiin,” maknanya adalah: “Ya Allah, kabulkanlah do’anya bagi
saudaranya.”[3]
Sedangkan yang kedua adalah orang yang
mendo’akannya, karena Malaikat yang diutus kepadanya berkata: “Dan engkau pun
mendapatkan apa yang didapatkan oleh saudaramu.”[4]
Al-Imam Ibnu Hibban membuat sebuah bab dalam
Shahiihnya dengan judul: “Anjuran untuk Memperbanyak Berdo’a kepada Saudara
Sesama Muslim Tanpa Sepengetahuan Orang yang Dido’akan, dengan Harapan
Permohonan untuk Keduanya Dikabulkan.”[5]
Di dalam Syarh Shahiih Muslim ada sebuah komentar
untuk hadits ini, penulis berkata: “Dalam hadits ini ada sebuah keutamaan do’a
bagi saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya. Seandainya
seseorang berdo’a untuk satu kelompok umat Islam, maka ia akan mendapatkan
pahala yang telah ditetapkan, dan seandainya ia berdo’a untuk seluruh kaum
muslimin, maka yang aku fahami, ia pun mendapatkan pahala yang telah
ditentukan.”[6]
Orang-orang yang gigih dalam mendapatkan shalawat
para Malaikat, mereka semua bersemangat dalam mendo’akan saudara-saudara mereka
sesama muslim tanpa sepengetahuan saudara yang dido’akannya itu dan hal ini
senantiasa ada, alhamdulillaah.
Al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Jika generasi Salaf hendak
berdo’a untuk dirinya sendiri, mereka juga berdo’a untuk saudaranya sesama
muslim dengan do’a tersebut, karena do’a tersebut adalah do’a yang mustajab,
dan dia pun akan mendapatkan apa yang didapatkan oleh saudaranya sesama
muslim.” [7]
Al-Hafizh adz-Dzahabi menyebutkan kisah dari Ummud
Darda’ رَحِمَهَا اللهُ تَعَالَى bahwa Abud Darda’ Radhiyallahu anhu memiliki
360 kekasih di jalan Allah yang selalu dido’akan dalam shalat, lalu Ummud
Darda' mempertanyakan hal tersebut, beliau menjawab: “Apakah aku tidak boleh
menyukai jika para Malaikat mendo’akanku?” [8]
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji orang-orang
mukmin yang telah mendahului mereka, hal ini sebagaimana termaktub di dalam
firman-Nya:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ
فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin
dan Anshar), mereka berdo’a: ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.
Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
[Al-Hasyr: 10]
Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Alan ash-Shiddiqi
mengomentari ayat ini dengan berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji mereka
karena do’a-do’a mereka untuk saudara-saudara mereka kaum mukminin yang telah
mendahului mereka, pujian tersebut ketika mereka sedang berdo’a.” [9]
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita
semua ke dalam golongan mereka dengan karunia dan keuta-tamaan dari-Nya.
Aamiin, yaa Dzal Jalaali wal Ikraam.
[Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul
Malaa-ikatu wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi,
Penerbit Idarah Turjuman al-Islami-Pakistan, Cetakan Pertama, 1420 H - 2000 M,
Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do'aka Malaikat, Penerjemah
Beni Sarbeni]
sumber:
http://almanhaj.or.id/
No comments:
Post a Comment